Bagaimana Bisnis MLM Bekerja
Apa yang terbayang dalam pikiran anda saat mendengar kata “MLM” atau Multi Level Marketing?
Seringkali yang terbayang dalam pikiran orang kebanyakan adalah “rekrut orang sebanyak – banyaknya” atau “jualan produk sebanyak – banyaknya dan jadilah salesman” atau yang lebih parah “bisnis tipu – tipu” dan masih banyak lagi imej negative yang melekat pada “MLM”. Hal itu sebenarnya bisa sangat di maklumi, karena dari ratusan perusahaan MLM yang berdiri di Indonesia, yang legal dan tergabung ke dalam Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia(APLI) hingga tulisan ini di tampilkan hanya sejumlah 55 perusahaan. Persentase perusahaan yang tidak resmi dan tentunya menwarkan peluang bisnis yang tidak baik lebih banyak, jadi saya rasa wajar saja jika imej MLM menjadi begitu negative.
Oke, saya tidak akan berlarut – larut membicarakan perusahaan yang baik dan tidak baik. Tapi yang ingin saya sharing-kan sepemahaman saya pada tulisan kali ini sebenarnya bukan “Apa yang terbayang dalam pikiran anda saat mendengar kata MLM atau Multi Level Marketing?”, akan tetapi “bagaimana sebenarnya konsep MLM bekerja?”
Alright then, happy reading.
Saat seseorang, -katakanlah bernama A- bergabung dengan sebuah perusahaan MLM, proses seperti apa yang terjadi? Statusnya sebagai apa dalam perusahaan MLM tersebut? Oke, inilah yang terjadi saat A bergabung kedalam sebuah perusahaan MLM :
gambar 1
gambar 2
Maka dari itulah, A membentuk grup atau jaringan distribusi dengan cara mensponsori orang lain.
gambar 3
Saya rasa hal yang mendasari hal ini adalah anggapan bahwa mensponsori adalah hal yang sangat mudah dan tidak membutuhkan keahlian dan pengetahuan apa – apa, sehingga akan sangat mudah oleh A mensponsori 3 orang dan lalu 3 orang ini masing – masing mensponsori 3 sehingga ada 9 orang di level 2 dan yang 9 orang ini masing – masing mensponsori 3, dan seterusnya.
Oke, mari kita analisis. Kita ambil sampel B. ketika B disponsori oleh A, apakah B sudah mengerti cara menjalankan bisnisnya? apakah B sudah mampu mensponsori orang? Apakah B Sudah mengerti hal – hal teknis mengenai produk yang didistribusikan? Sudah mengerti cara mendistribusikan produk? Sudah mengerti hal – hal teknis tentang mengembangkan jaringan? Dari sini kita pahami bahwa ketika B bergabung di jaringan A dan menjadi mitra perusahaan, B sama sekali belum paham apa – apa. Kewajiban A – lah membimbing B agar menguasai teknik – teknik mengembangkan jaringan sehingga B dapat menciptakan omset. Skema yang terjadi adalah :
gambar 4
Omset jaringan yang tercipta ini akan masuk ke dalam marketing plan, sebuah sistem pembagian hasil – dihitung dengan seksama dan akan dibagikan kepada masing – masing distributor dalam jaringan yang memenuhi kualifikasi untuk mendapatkan bonus. Bonus akan dibagikan secara proporsional dan sesuai dengan hak masing masing distributor dan sesuai dengan prestasi kerjanya. Marketing Plan yang baik dapat mengenali distributor yang bekerja lebih keras dan lebih cerdas. Sehingga di perusahaan MLM yang baik, bukan hal yang tidak mungkin jika B dapat memiliki penghasilan lebih tinggi dari A. Sehingga di perusahaan yang baik, anggapan bahwa bisnis MLM hanya menguntungkan yang diatas tidak lah benar.
Sepemahaman saya dan yang sudah saya alami, skema inilah yang sebenarnya terjadi di perusahaan MLM yang resmi. Bagaimana pendapat Anda?
Hub : Teguh Sangaji 08170118881 pin BB 286bea99
Categories: Bisnis Avail
0 komentar:
Posting Komentar