|
kista ovarium |
Berikut adalah jenis-jenis kista ovarium yang sering dialami oleh perempuan yang masih aktif secara reproduksi, yaitu:
1. Kista Folikuler
Kista
folikuler merupakan jenis kista sederhana yang terbentuk jika proses
ovulasi tidak terjadi atau ketika folikel matang pecah dengan
sendirinya.
Kista folikuler biasanya terbentuk pada masa ovulasi dan bisa tumbuh hingga mencapai diameter 5-6 cm.
Pecahnya kista folikuler bisa menimbulkan rasa sakit tajam yang cukup parah pada bagian ovarium yang ditumbuhi kista.
Nyeri
tajam ini, yang disebut juga mittelschmerz, muncul di tengah-tengah
siklus mentruasi, pada saat ovulasi. Seperempat dari jumlah perempuan
yang memiliki kista folikuler pernah merasakan nyeri.
Biasanya
tidak ada gejala bersamaan dengan munculnya kista folikuler.
Kista ini dan akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan.
2. Kista Corpus Luteum
Jenis
kista ovarium fungsional ini terjadi setelah sel telur dilepaskan dari
folikel. Setelah pelepasan telur, folikel akan berubah menjadi corpus
luteum.
Jika kehamilan tidak terjadi, maka corpus luteum akan
rusak dan hilang. Tapi bisa jadi corpus luteum tersebut diisi oleh
cairan atau darah dan tetap tinggal di ovarium.
Pada kista corpus luteum biasanya tidak ada gejala yang muncul dan hanya terjadi pada salah satu sisi ovarium saja.
3. Kista Hemoragik (Hemorrhagic Cyst)
Kista
hemoragik merupakan jenis kista ovarium fungsional yang terjadi jika
ada perdarahan yang muncul pada kista. Gejala yang mungkin muncul adalah
adanya sakit pada perut di salah satu sisi tubuh.
4. Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan jenis tumor jinak yang kadang-kadang disebut sebagai teratoma kistik matang (mature cystic teratoma).
Kista dermoid merupakan kista abnormal yang biasanya memengaruhi perempuan muda dan bisa tumbuh hingga mencapai diameter 15 cm.
Kista dermatoid bisa berisi jaringan tubuh lain seperti lemak, kadang-kadang tulang, rambut, dan tulang rawan.
Hasil pemeriksaan USG dari jenis kista ini bisa bervariasi karena tergantung dari spektrum isinya.
Tapi,
pemeriksaan
CT scan dan
MRI (Magnetic Resonance Imaging) bisa
menunjukkan adanya lemak dan kalsifikasi yang padat (dense
calcifications).
Kista
dermoid bisa menimbulkan peradangan. Kista dermoid juga bisa berputar
(berubah posisi), kondisi ini disebut torsi ovarium (ovarian torsion),
sehingga bisa membahayakan suplai darah pada ovarium dan
menyebabkan nyeri perut yang hebat.
5. Endometrioma atau Kista endometrioid
Endometrioma atau Kista Endometrioid merupakan bagian dari kondisi yang dikenal dengan nama endometriosis.
Kista endometrioid terbentuk ketika jaringan endometrium muncul di ovarium.
Kista
endometrioid memengaruhi perempuan selama masa reproduksi dan bisa
menyebabkan nyeri kronis pada panggul yang berhubungan dengan
menstruasi.
Endometriasis adalah kondisi dimana terdapat kelenjar dan jaringan endometrium di luar uterus.
Perempuan yang mengalami endometriosis mungkin akan memiliki masalah dengan kesuburan.
Kista endometrioid seringkali berisi darah gelap atau merah kecoklatan. Ukuran diameternya bervariasi yaitu antara 2-20 cm.
6. Polycystic-appearing Ovary
Polycystic-appearing
ovary didiagnosis berdasarkan besarnya ukuran. Kista ini bisa
berukuran dua kali lipat dari ukuran normal, ditandai dengan hadirnya
kista kecil di sekitar bagian luar ovarium.
Kondisi ini bisa
ditemukan pada perempuan sehat dan pada perempuan yang memiliki gangguan
hormon endokrin. Pemeriksaan USG digunakan untuk mendeteksi jenis
kista ini.
Polycystic-appearing ovary berbeda dari polycystic
ovarian syndrome (PCOS). PCOS merupakan gejala dan kelainan
fisiologis yang timbul akibat adanya kista ovarium.
Polycystic
ovarian syndrome melibatkan risiko metabolik dan kardiovaskular terkait
dengan resistensi insulin. Termasuk diantaranya peningkatan toleransi
glukosa, diabetes tipe-2, dan tekanan darah tinggi.
Polycystic
ovarian syndrome berkaitan dengan ketidaksuburan, perdarahan abnormal,
peningkatan insiden keguguran, dan komplikasi dalam kehamilan.
Polycystic
ovarian syndrome sangat umum terjadi dan diperkirakan dialami oleh 4-7 %
dari jumlah perempuan dalam usia aktif reproduksi.
Polycystic
ovarian syndrome juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker
endometrium. Pemeriksaan selain USG diperlukan juga untuk mendiagnosis
adanya polycystic ovarian syndrome.
7. Cystadenoma
Cystadenoma
merupakan salah satu jenis tumor jinak yang berkembang dari jaringan
ovarium. Cystadenoma ini bisa berisi sejenis cairan lendir atau mukus.
Cystadenoma bisa tumbuh menjadi sangat besar, ukurannya diameternya bisa mencapai 60 cm.
Sumber : Amazine.co